MARI KITA MULAI BELAJAR PADA MASA DEPAN, DAN TINGGALKAN BELAJAR PADA MASA LALU
MARI KITA MULAI
BELAJAR PADA MASA DEPAN,
DAN TINGGALKAN BELAJAR PADA MASA LALU
DAN TINGGALKAN BELAJAR PADA MASA LALU
Sudah semenjak jaman Nabi Ibrahim
tepatnya 4000 tahun yang lalu sejarah peradaban modern berjalan mengikuti
susunan logika “masa lalu – masa kini – masa depan”, dan susunan logika ini
bergerak mengikuti arah dua garis lurus
yang kedua ujungnya melebar seperti cahaya lampu senter. Logika “masa lalu –
masa kini – masa depan “ ini telah sangat populer serta mendapat mahkota kebesarannya yang bernama “
masa lalu , yaitu guru yang paling baik untuk membekali anak manusia ketika
mereka hendak meninggalkan masa lalu kemudian memasuki masa kini untuk
membentuk masa depan “ yang diyakini akan terus lebih baik lagi.
Masa lalu adalah pergumulan anak
manusia untuk terus dapat menjadi yang terbaik serta menjadi pihak pemenang,
berhubung “pergumulan masa lalu” itu bagaikan hutan belantara yang banyak
binatang buasnya, maka hanya orang yang bukan hanya kuat secara fisik, cerdas
dan juga harus memiliki kemampuan untuk membuat strategi yang terkadang
menghalalkan segala cara yang dapat meloloskan diri sebagai pemenang. Itu
sebabnya Guru masa lalu” itu tidak hanya mengajarkan pengetahuan yang sesuai
dengan firman Tuhan Allah, tetapi juga mengajarkan juga pengetahuan membuat
strategi yang “terkadang menghalalkan segala cara”. Dan kalau di atas kita katakan
usia peradaban modern sudah lebih 4000 tahun, maka dapat kita bayangkan betapa
banyaknya buku pelajaran masa lalu yang sudah tersimpan dalam lemari perpustakaan
pada seluruh lembaga pendidikan
(sekolah) formal diseluruh dunia.
Dengan memperhatikan kebesaran logika
masa lalu – masa kini – masa depan dengan susunan (bergerak) mengikuti arah dua
garis lurus yang kedua ujungnya melebar bagaikan cahaya lampu senter, maka muncul pertanyaan ; apakah “logika masa
lalu – masa kini – masa depan” itu berkenan dihadapan Tuhan Allah yang
menciptakan langit dan bumi serta melahirkan manusia ?
Kalau diperhatikan firman Tuhan Allah
dengan jelas dapat diketahui bahwa Dia yang di Surga lebih menyukai garis
lengkung (menjadi lingkaran) berbanding garis lurus yang miring ataupun garis
lurus yang vertikal atau horisontal; bumi diciptakan bulat serta berputar pada
porosnya (tetap), itu sebabnya pada setiap pagi hari akan terbit matahari juga
secara berulang – ulang. Demikian juga bumi yang bulat itu juga memiliki
perjalanan mengikuti garis lengkung untuk mengelilingi mata hari, itu sebabnya
setiap 365 hari akan selalu muncul kembali tahun baru seperti yang baru saja
kita rayakan. Bahkan ketika Tuhan Allah menemukan kembali Taman Eden yang
hilang pada diri Nabi Ibrahim, Dia juga berfirman agar seluruh anak keturunan
Ibrahim yang akan memenuhi seisi bumi juga harus tetap kembali pulang ke tanah
perjanjian di Israel.
Mangasa Samosir Harianja terlebih
dahulu meminta maaf kalau terlalu jauh berbicara dalam tulisan kecil ini, ada kemungkinan
firman Tuhan yang mengatakan “sahari bagi Tuhan maka seribu tahun bagi manusia”
dapat menjadi petunjuk bahwa jagat raya kita ini juga bergerak mengelilingi
Alam Surga. Kalau umur Nabi Ibrahim sudah mencapai 4000 tahun, maka Jagat Raya
kita ini sudah bergerak mengitari Alam Surga 4 hari (bagi Tuhan). Dan kalau nanti
perjalanan Jagat Raya kita ini sudah mencapai 6000 tahun (6 hari bagi Tuhan)
atau 2000 tahun lagi, maka dapat dikemukakan akan terjadi Tahun baru Tuhan yang
pertama. Dalam arti akan terjadi lagi putaran Jagat Raya sebagaimana bumi akan
kembali mengitari matahari.
Maksud tulisan sederhana yang
kecil ini hanya untuk mengemukakan bahwa
Tuhan Allah kelihatannya lebih berpedoman kepada “ garis lengkung “ dan mengesampingkan
logika garis lurus, yang dengan sendirinya belajar dari guru cerdas yaitu “guru
masa lalu “. Hal ini penting sebab melalui “perjalanan sejarah hidup dengan
logika garis lengkung ” umat manusia dengan sendirinya hanya belajar kepada
masa depan dan hal ini sangat
dimungkinkan. Sebab kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (berkat Tuhan)
ternyata bukan suatu hal yang teramat sulit untuk dipahami, dan ternyata
kebanaran Tuhan itu sangat sederhana sebagaimana kita dapat memahami kebenaran
sebuah benda runcing apabila ditusukkan ketangan kita misalnya maka akan
terjadi luka tusuk yang terasa sakit sekali.
Seandainya kemajuan teknologi
elektronika telah dilengkapi dengan pelajaran membaca dan pelajaran matematika
maka anak umur lima tahun (balita) yang sudah sangat lincah memainkan permainan
(hiburan) yang ada dalam handphone mereka, maka seluruh manusia tanpa kecuali
akan menjadi insan yang pintar dan cerdas walau mereka hanya “belajar dari masa
depan”. Dan penulis tidak tidak bermaksud mengatakan lembaga sekolah akan
mendapat saingan dalam mencerdaskan anak – anak, namun yang pasti belajar dari masa depan dengan sendirinya
tidak ikut serta mempelajari masa lalu yang mengandung kebenaran dan kejahatan.
Apakah hari Tuhan akan tetap terjadi
lagi pada hitungan 6000 tahun (2000 tahun lagi) atau akan ada hari yang akan
dipercepat, tentu tidak perlu kita pikirkan. Namun yang pasti, jika nanti anak –
anak manusia hanya belajar dari masa depan, dapat dipastikan kejahatan /
keburukan masa lalu akan hilang atau menguap ke Alam Neraka. Dan selanjutnya sesuai
dengan Kitab Kejadian 12, 2; maka berkat Tuhan (kebenaranNya) akan terus turun
ke atas manusia tentu dengan secara berulang – ulang sebagaimana mata hari terbit berulang – ulang pada
setiap pagi hari. (Mangasa Samosir Harianja atau Samosir MF. Maaf saya tidak
bisa berbahasa Inggris)
Komentar
Posting Komentar